ASSALAMU'ALAIKUM - SELAMAT DATANG DI SITUS MADRASAH TSANAWIYAH ARRAFIIYAH CIOMAS BOGOR

Minggu, 02 Oktober 2011

Kemabruran Haji


Jacob Vredenbregt pernah melakukan penelitian perilaku haji di Indonesia, salah satu temuannya ada sebagian masyarakat yang memandang haji sebagai ritus kehidupan dan transisi pada status baru dengan dipertegas memakai nama baru atau penambahan nama dari Mekkah.

Ini sebagaimana perilaku kelompok santri (menurut klasifikasi Clifford Geerts) yang beranggapan ibadah haji merupakan penutup ideal setelah pendidikan di pesantren sekaligus upaya mengakhiri masa remaja (silakan membaca Dick Douwes dan Nico Kaptein dalam buku Indonesia dan Haji).

Namun, tetap saja ukuran kemabruran haji tidak dapat dilihat dari gelar haji yang disandang, tetapi dari aktualisasi simbol-simbol kemanusiaan dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari (Quraish Shihab: 215). Ukurannya adalan peningkatan kualitas amal shaleh seperti kedermawanan, kerendahhatian, keadilan dan sifat-sifat kemanusiaan lainnya setelah menunaikan ibadah haji.

Jika sifat-sifat kemanusiaan itu tidak meningkat secara kualitatif dan kuantitatif, atau bahkan sebaliknya, makin angkuh, sombong dan membanggakan diri, tentu saja semua pengorbanannya untuk beribadah haji menjadi sia-sia di hadapan Allah, bahkan juga di hadapan manusia. Apakah ini pertanda haji yang tidak diterima (haji mardud) ? Wallahu A’lam Bishshowab.

Semoga jemaah calon haji Indonesia benar-benar menjadi haji mabrur, sehingga menjadi spirit untuk mengentaskan Indonesia dari krisis multidimensional yang selama ini masih melilit. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar